Membangun Karakter Anak Lewat Pendidikan Nasional ala Ki Hajar Dewantara

  • Jumat, 22 Agustus 2025 - 19:12:04
  • Oleh admin

Riaupintar.com- Ki Hajar Dewantara, sang Bapak Pendidikan Nasional Indonesia, meninggalkan warisan pemikiran pendidikan yang kaya dan manusiawi. Fokus utamanya bukan sekadar membentuk siswa cerdas secara akademik, melainkan mencetak insan berkarakter, berbudaya, dan bertanggung jawab. Dilansir dari thegringochapin, prinsip-prinsip pendidikan karakter ala Ki Hajar masih sangat relevan dan menjadi penopang penting bagi sistem pendidikan modern.


Falsafah Pendidikan Karakter Ki Hajar Dewantara


a. Tri Pusat Pendidikan & Patrap Triloka


Dalam filosofi Taman Siswa, Ki Hajar menekankan pentingnya sinergi antara keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai basis pembentukan karakter anak. Selain itu, sekolah ideal menurutnya dijalankan berdasarkan konsep Patrap Triloka:


-Ing ngarsa sung tuladha — menjadi teladan dari depan,


-Ing madya mangun karsa — membangkitkan semangat ketika berada di tengah,


-Tut wuri handayani — menjadi penyemangat dari belakang.


b. Pendidikan budi pekerti yang terintegrasi


Menurut Ki Hajar, setiap mata pelajaran bukan hanya sekadar menyampaikan ilmu, tetapi harus menumbuhkan nilai-nilai karakter seperti kejujuran dan ketelitian. Misalnya, pelajaran matematika bukan hanya soal angka, tapi juga melatih ketelitian, kedisiplinan, dan integritas.


c. Asas pendidikan: Kemerdekaan, Kodrat Alam, dan Kebudayaan


Ki Hajar menyatakan bahwa pendidikan harus:


1. Bebas, memberi ruang bagi siswa berkembang sesuai potensi dan gaya belajarnya,


2. Berbasis kodrat alam, yakni menyesuaikan pendekatan dengan potensi dan kebutuhan masing-masing anak,


3. Berakar pada budaya lokal, agar anak tetap mencintai identitas nasional mereka.


Relevansi di Era Kini


a. Integrasi ke Kurikulum Nasional


Nilai-nilai karakter Ki Hajar diintegrasikan ke dalam Kurikulum 2013 dan Kurikulum Merdeka, terutama melalui pendekatan tematik, pengembangan Profil Pelajar Pancasila, dan kegiatan ekstrakurikuler yang menumbuhkan kecakapan hidup dan jiwa kebangsaan.


b. Sinkronisasi antara sistem dan semangat kebudayaan


Konsep patrap triloka dan tri pusat pendidikan sejalan dengan nilai demokrasi, kemanusiaan, dan kebudayaan yang tercantum dalam Undang-Undang Sisdiknas .


c. Implementasi dalam praktik sekolah


Metode pendidikan seperti momong, among, dan ngemong menekankan pembelajaran yang ramah hati, tidak memaksa, tetapi menumbuhkan tanggung jawab dan kemandirian anak secara alami.


Tantangan & Peluang dalam Menerapkan Gagasan Ki Hajar


a. Tantangan


Kuttab Digital menegaskan bahwa implementasi pendidikan karakter masih terhambat oleh keterbatasan sumber daya, hambatan budaya, dan sulitnya evaluasi hasil pembentukan karakter secara objektif.


b. Peluang


Namun, ada peluang besar jika sistem pendidikan mengintegrasikan pendidikan karakter secara menyeluruh—mulai dari kurikulum hingga pelatihan guru, keterlibatan orang tua, hingga mekanisme evaluasi yang sistematis.


Manfaat Pencapaian Karakter Anak Berdasar Gagasan Ki Hajar


-Menghasilkan warga negara yang bermoral: Anak tidak hanya cerdas, tapi juga punya nurani, empati, dan tanggung jawab sosial.


-Mencegah kehilangan nilai moral: Di tengah maraknya bullying dan disrupsi sosial, pendekatan karakter ala Ki Hajar memberikan arah bagi pertumbuhan anak yang sehat secara moral.


Membangun karakter anak melalui pendidikan nasional ala Ki Hajar Dewantara berarti membentuk manusia utuh—berdikari, berbudaya, dan beretika. Pendekatan holistik, dimulai dari tri pusat pendidikan hingga filosofi momong, among, dan ngemong, menjadi formula relevan dalam membendung krisis moral zaman ini.


Dikutip dari the gringo chapin, semangat pendidikan yang memerdekakan, humanis, dan kontekstual tetap menjadi cahaya harapan bagi kualitas pendidikan Indonesia. Jika dijalankan konsisten, pemikiran Ki Hajar bukan hanya sejarah—melainkan peta jalan pendidikan masa depan yang lebih berkarakter.(rls/van)

Berita Terkait

Populer