Oleh: Agus setiyono*
Jufrizal Syahri: Dari Wakil Rektor ke Nahkoda Forpimawa, Sebuah Orkestra Kepemimpinan Mahasiswa Riau
- Minggu, 03 Agustus 2025 - 05:38:39
- Oleh admin

"MAHASISWA bukan sekadar angka dalam daftar hadir, mereka adalah api dalam tungku peradaban. Bila tak dikawal, mereka membakar. Bila dipandu, mereka menyala menerangi zaman".
Itulah semangat yang menyelimuti Balai Serindit, Gedung Daerah Provinsi Riau, ketika Dr. Jufrizal Syahri, M.Si, Wakil Rektor III Universitas Muhammadiyah Riau (UMRI), dikukuhkan sebagai Ketua Forum Pimpinan Perguruan Tinggi Bidang Kemahasiswaan (Forpimawa) LLDIKTI Wilayah XVII pada Sabtu, 2 Agustus 2025.
Acara ini bukan sekadar seremoni tahunan yang dipenuhi protokoler dan petatah-petitih pejabat. Ia adalah upacara spiritual kaum akademik: semacam misa intelektual yang menandai naiknya seorang ‘imam kampus’ ke altar pelayanan mahasiswa lintas kampus, lintas sekat, dan semoga lintas ego sektoral.
Forpimawa: Dari Forum Jadi Mesin Katalis Peradaban
Tak bisa dipungkiri, sebagian orang memandang Forpimawa hanyalah wadah koordinasi birokratik, forum temu rutin dengan notulensi setebal tesis, tapi nihil aksi. Namun di tangan Jufrizal, forum ini dijanjikan menjelma menjadi mesin katalitik moral dan akademik, yang menggerakkan potensi mahasiswa Riau–Kepulauan Riau ke orbit yang lebih tinggi.
Dengan bahasa yang terukur namun bernas, Jufrizal menyebut mahasiswa sebagai “energi mentah” yang tak boleh mengendap dalam ruang kelas tanpa muara. “Mahasiswa adalah energi. Tapi energi tanpa reaksi hanyalah potensi yang dibuang sia-sia. Forpimawa harus menjadi reaktornya.”
Sebagaimana atom dalam laboratorium, mahasiswa perlu disentuh, dirangsang, dan disalurkan, bukan hanya lewat organisasi, tapi juga melalui inovasi, wirausaha sosial, hingga jejaring global yang memerdekakan nalar.
Panggung yang Diiringi Orkestra Kehadiran Elit Akademik
Kehadiran Wakil Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi RI, Prof. Dr. Ir. Abdul Fauzan, M.Pd., serta Gubernur Riau Abdul Wahid, M.Si., Ketua Forpimawa Pusat Dr. Asep Suryana, dan Kepala LLDIKTI Wilayah XVII Dr. Nopriadi, M.Kes. menambah legitimasi moral pada prosesi tersebut. Namun yang lebih penting dari seremoni adalah harapan mereka agar mahasiswa tidak lagi sekadar berproses, tetapi juga produktif dan berdampak.
Gubernur Riau bahkan menyebut, _"Mahasiswa harus menjadi jembatan antara kampus dan kebutuhan nyata masyarakat. Jangan hanya pandai berkata, tapi bisu dalam karya."_ Satir halus yang menyentil banyak lulusan yang lebih fasih dalam teori ketimbang implementasi.
Dari Serambi Riau Menuju Panggung Global
Di hadapan para pimpinan perguruan tinggi, Jufrizal menawarkan pandangan geopolitik kampus yang unik: Riau dan Kepri adalah serambi dunia, bukan sudut republik. Letaknya yang berbatasan dengan negara tetangga menjadikan wilayah ini sebagai pelantar strategis menuju Asia Tenggara.
“Kita ini bukan pinggiran. Kita ini pintu. Maka mahasiswa kita harus disiapkan untuk keluar masuk dunia,” ujar Jufrizal, bukan dengan nada tinggi, tapi dengan intonasi seorang pelaut yang telah hafal gelombang zaman.
Ia pun menggagas Forpimawa sebagai poros akselerasi untuk kompetisi internasional. Dari kompetisi akademik hingga enterpreneurship digital, dari pengabdian sosial lintas negara hingga partisipasi dalam ekosistem global.
Forpimawa dan Ujian Reformasi Akademik
Dr. Asep Suryana, Ketua Forpimawa Pusat, mengingatkan bahwa forum ini bukan tempat berlindung bagi birokrat kampus dari badai masalah mahasiswa. Sebaliknya, Forpimawa adalah tempat menyusun arah kebijakan berbasis data, aspirasi, dan panggilan zaman. Ia meminta seluruh anggota menyatu dalam satu irama: membentuk generasi pembelajar, pemikir, sekaligus pelaku perubahan.
Sementara Dr. Nopriadi, Kepala LLDIKTI Wilayah XVII, menegaskan bahwa jabatan bukan hadiah, melainkan ujian moral. “Kepemimpinan dalam bidang kemahasiswaan adalah kerja sunyi yang menanam benih, tak langsung panen, tapi harus yakin hasilnya menyejahterakan negeri,”tukasnya.
Refleksi: Di Tangan Nahkoda atau Penumpang?
Kini, sejarah kecil telah ditulis di Balai Serindit. Namun esok hari jauh lebih menentukan: Akankah Forpimawa di tangan Jufrizal menjadi kapal penjelajah samudra prestasi, atau sekadar rakit yang mengikuti arus anggaran?
Kita butuh lebih dari sekadar rapat dan rencana kerja. Kita butuh konsistensi dan keberanian melawan sistem lama yang nyaman tapi stagnan.
Bila mahasiswa adalah nyawa bangsa, maka Forpimawa adalah denyut nadi kampus. Dan kini, Jufrizal telah resmi menjadi jantungnya.
Semoga irama baru ini bukan hanya terdengar megah saat pembukaan, tapi juga terus berdetak lantang dalam setiap aksi nyata.
*Pegiat dakwah Online Jambi